INTERVENSI
MEDIA DALAM PANDANGAN KARNI ILYAS SEBAGAI KOMUNIKATOR POLITIK
(Analisis Fenomena Upaya Pencitraan Abu Rizal Bakrie dengan Pemanfaatan Media)
(Analisis Fenomena Upaya Pencitraan Abu Rizal Bakrie dengan Pemanfaatan Media)
LAPORAN
DAN ANALISIS PENELITIAN
Diajukan
untuk Memenuhi Tugas Pengganti Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Komunikasi Politik
Dosen : Dr. Fisher Zulkarnaen, M.Ag.
Ass. Dosen : Rusmulyadi, M.Si
Mata Kuliah Komunikasi Politik
Dosen : Dr. Fisher Zulkarnaen, M.Ag.
Ass. Dosen : Rusmulyadi, M.Si
Disusun
oleh :
Fitri
Lestari
(1211405054)
(1211405054)
ILMU
KOMUNIKASI PROGRAM STUDI JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
KATA
PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Assalamualaikum
wr. wb.
Puji dan
syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan segala rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua. Karena hanya dengan berkat rahmat dan hidayah-Nya jualah
penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan laporan dan analisis penelitian
mata kuliah Komunikasi Politik yang berjudul “Intervensi
Media dalam Pandangan Karni Ilyas sebagai Komunikator Politik” (Analisis
Fenomena Upaya Pencitraan Abu Rizal Bakrie dengan Pemanfaatan Media).
Adapun tujuan dari penyusunan
laporan dan analisis penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas pengganti Ujian
Akhir Semester (UAS) mata kuliah Komunikasi Politik. Dengan selesainya laporan
dan analisis penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu pada proses
penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.
Penulis menyadari bahwa laporan dan
analisis ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca agar dapat menjadi acuan untuk dapat membuat laporan dan
analisis selanjutnya yang jauh lebih baik.
Wassalamualaikum
wr. wb.
Bandung, Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar__________________________________________________ i
Daftar Isi_______________________________________________________ ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang_____________________________________________ 1
I.2 Rumusan Masalah___________________________________________ 2
I.3 Tujuan Penelitian____________________________________________ 2
I.4 Manfaat Penelitian__________________________________________ 3
BAB II HASIL PENELITIAN
II.1 Kerangka Teori____________________________________________ 4
II.2 Hasil Penelitian____________________________________________ 6
II.3 Pembahasan_______________________________________________ 8
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan_______________________________________________ 10
III.2 Saran____________________________________________________ 10
DAFTAR
PUSTAKA____________________________________________ 11
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Dunia politik merupakan dunia yang kompleks,
bahasannya selalu menjadi pembicaraan hangat masyarakat. Politik seolah tak
kunjung padam dari pemberitaan media. Salah satu yang faktornya adalah karena
semakin banyaknya isu dan kasus yang mendera pejabat pemerintahan, praktisi
partai politik dan segenap pemegang kursi parlemen.
Media dalam totalitasnya telah melakukan
tugasnya menjadi penyampai pesan dari sumber berita kepada khalayak. Khususnya
dalam kajian hukum, disebutlah Karni Ilyas seorang Jurnalis televisi yang telah
malang melintang di dunia kewartawanan hingga puluhan tahun. Bahkan sampai saat
ini, ia masih aktif bergelut di bidang yang sangat dicintainya tersebut.
Perjalanan seorang Karni Ilyas dari
seorang wartawan hingga menjabat sebagai pemimpin redaksi di berbagai program
berita, membuat kemampuannya semakin terasah. Sebagai komunikator politik dari
kalangan profesional (jurnalis), sikap kritis dan skeptisnya semakin terlihat
untuk terus menelusuri kasus hukum sebagai upayanya dalam mengungkap fakta yang
adil dan berimbang.
Karni Ilyas dengan profesinya sebagai
jurnalis (dalam hal ini komunikator politik) merupakan sosok yang kredibel
dibidang tersebut. Waktu 40 tahun dengan prestasinya yang tak bisa terhitung,
sudah layak baginya dikatakan sebagai jurnalis profesional. Selama menjadi
jurnalis, tentunya ia menemukan berbagai polemik tentang bagaimana sesungguhnya
realita negeri ini yang menginduk pada sistem politik dan hukum Indonesia.
Karni memiliki cerita sendiri tentang hal ini dalam posisinya sebagai seorang
jurnalis.
Selama ia menggeluti karirnya, Karni tak
lepas dari sebuah problematika yang menjurus pada tantangan berbau intervensi. Profesinya kini
sebagai presenter di salah satu program acara tvOne. Sang pemilik media, Abu
Rizal Bakrie atau yang lebih dikenal ARB rupanya tengah menjaga dan
meningkatkan citra dirinya sebagai calon presiden periode mendatang lewat
otoritas dan intervensinya sebagai penguasa media.
Atas dasar fenomena tersebut,
problematika intervensi yang dihadapi oleh Karni kiranya akan menarik jika
dibahas. Alasan penulis mengangkat sosok Karni, karena selain ia
menjadi objek intervensi, penulis menilai beliau memiliki pengalaman
banyak tentang jurnalistik begitupun dengan realita intervensi media. Maka dari
itu, tema yang akan jadi topik bahasan pada penelitian ini adalah “Intervensi
Media dalam Pandangan Karni Ilyas sebagai Komunikator Politik” (Analisis
Fenomena Upaya Pencitraan Abu Rizal Bakrie dengan Pemanfaatan Media).
I.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :
I.2.1 Sejauh mana intervensi itu berkembang dan berpengaruh
dalam aktivitas jurnalisme media?
I.2.2 Terkait Acara ILC yang dibawakan
Karni di tvOne, mengapa ia tak pernah mebahas mengenai Lumpur Lapindo dan
nyaris tak memojokkan nama Bakrie?
I.2.3
Bagaimana upaya Karni menghadapi krisis intervensi di media tersebut?
I.2.4 Bagaimana efektifitas intervensi
media dalam kegiatan jurnalistik terhadap respon masyarakat?
I.3.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
I.3.1 Mengetahui tentang relita intervensi
serta perkembangannya di media massa
I.3.2 Mengetahui upaya jurnalis dalam
menghadapi intervensi
I.3.3
Mengetahui efektifitas intervensi media dalam kegiatan jurnalistik terhadap
respon masyarakat.
I.4.
Manfaat Peneltian
Manfaat dari penelitian ini, di antaranya:
I.4.1. Secara teoritis :
I.4.1.1. Dapat mengetahui tentang relita
intervensi serta perkembangannya di media massa
I.4.1.2. Dapat mengetahui upaya jurnalis
dalam menghadapi intervensi
I.4.1.3. Dapat mengetahui efektifitas
intervensi media dalam kegiatan jurnalistik terhadap respon masyarakat.
I.4.2.
Secara praktis :
Dapat
menerapkan pemahaman terkait intervensi media yang dilakukan pemerintah maupun
pemilik dalam kehidupan bermedia maupun politik.
BAB
II
HASIL
PENELITIAN
II.1.
Kerangka Teori
II.1.1.
Komunikator Politik
Komunikator politik adalah orang atau
sekelompok orang yang menyampaikan pesan politik yang biasanya berkaitan dengan
kekuasaan pemerintah, kebijakan pemerintah, aturan pemerintah, kewenangan
pemerintahyang bertujuan untuk mempengaruhi khalayak baik itu verbal atau non
verbal. Menurut Nimmo (1989), mengkalsifikasikan komunikator utama dalam
politik sebagai berikut:
a. Politikus
Merupakan orang yang
memegang jabatan pemerintah, tidak peduli apakah mereka dipilih,
ditunjuk/pejabat karir. Dan tidak mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif,
legislatif maupun yudikatif.
b. Profesional
Yakni orang yang
mencari nafkahnya dengan berkomunikasi, karena keahliannya berkomunikasi.
1) Jurnalis
Karyawan organisasi
berita yang menghubungkan sumber berita dengan khalayak. Mereka bisa mengatur
para politikus dengan publik umum, menghubungkan publik umum dengan para
pemimpin dan membantu menempatkan masalah dan peristiwa pada agenda diskusi
publik.
2) Promotor
Orang yang dibayar
untuk mengajukan kepentingan langganan tertentu. Yang termasuk ke dalam
promotor adalah agen publisitas tokoh masyarakat yang penting, personil
hubungan masyarakat pada organisasi swasta atau pemerintah, sekretaris pers
kepresidenan, dan lain sebagainya.
c. Aktivis
Komunikator politik
utama yang bertindak sebagia saluran organisasional dan interpersonal. Ia cukup
terlibat baik dalam politik dan semiprofesional dalam komunikasi politik.
Mewakili tuntutankeanggotaan suatu organisasi, melaporkan keputusan dan
kebijakan pemerintahkepada anggota suatu organisasi.
Kriteria
komunikator politik yang baik :
1. Mengenal diri sendiri
2. Kredibilitas (kepercayaan)
3. Daya tarik
4. Power (kekuatan)
II.1.2.
Pesan Politik
Pesan politik adalah pesan-pesan yang
disampaikan komunikator dalam rangka upayanya untuk :
·
Mencapai,
mempertahankan dan memperbesar kekuasaan
·
Memepengaruhi
orang lain agar bertindak sesuai dengan keinginan komunikator
·
Memperlihatkan
atau menunjukkan kekuasaan.
II.1.3.
Saluran Politik
Saluran politik atau saluran komunikasi
politik adalah alat serta sarana yang memudahkan penyampaian pesan kepada
khalayak yang dituju. Maka yang pertama-tama ditekankan ialah saluran manusia
bagi politik.
Saluran
komunikasi politik mencakup :
1. Komunikasi Massa
Pesan yang dikomunikasi
kepada sejumlah khalayak melalui media massa. Media massa tersebut meliputi :
surat kabar, majalah, radio, televisi, maupun online.
2. Komunikasi tatap muka
Contohnya seperti dalam
rapat umum, konferensi pers, dan lain-lain
3. Komunikasi interpersonal
Komunikasi politik yang
dilakukan antar individu satu dengan individu lainnya.
4. Komunikasi Organisasi
Komunikasi yang
dilakukan di dalam lingkungan organisasi
II.1.4. Khalayak komunikasi politik
Khalayak
adalah sejumlah orang yang heterogen, mereka menjadi khalayak komunikasi
politik segera setelah mereka “mengkristal” menjadi opini publik. Hennesy (dalam Nasution 1990), berkenaan dengan pelapisan khalayak
komunikasi politik, membedakan publik sebagai berikut: (adiprakosa.blogspot.com)
a)
Publik umum (general public)
Publik umum terdiri dari hampir separuh penduduk, dalam kenyataannya jarang
berkomunikasi dengan para pembuat kebijakan.
b)
Publik yang penuh perhatian (the attentive public)
Sedangkan publik attentive merupakan khalayak yang menaruh perhatian
terhadap diskusi-diskusi antar elit politik dan seringkali termobilisasi untuk
bertindak dalam kaitan suatu permasalahan politik. Publik attentive merupakan
khalayak utama (key audience) dalam komunikasi politik, karena lapisan publik
inilah yang berperan sebagai saluran komunikasi antar pribadi dalam arus pesan
timbal balik antara pemimpin politik dengan publik umum. Dengan kata lain,
khalayak yang mempunyai perhatian itu merupakan lapisan masyarakat yang
berkemauan untuk mengikuti dalam perkembangan politik yang berlangsung.
c)
Elit opini dan kebijakan (the leadership public)
Elit opini dan kebijakan merupakan kalangan yang paling aktif minatnya
dalam masalah kepemerintahan dan seringkali sebagai pelaku politik.
II.2.
Hasil Penelitian
II.2.1.
Profil Komunikator
Karni Ilyas,
memulai karirnya sebagai wartawan harian Suara Karya pada tahun 1972. Ia
kemudian pindah ke Majalah Tempo pada 1978, hingga majalah tersebut dibreidel
pemerintah orde baru pada 21 Juni 1994. Jabatan terakhir Karni, Redaktur
Pelaksana yang antara lain membawahi Rubrik Hukum. Karena itu, wajar jika
hampir seluruh persoalan hukum di republik ini tidak penah lepas dari catatan
Karni.
Pada 1991 ia diberi kepercayaan memimpin
majalah hukum Forum Keadilan hingga 1999 sebagai Pemimpin Redaksi (dengan tetap
merangkap sebagai Redaktur Pelaksana Majalah Tempo). Majalah Forum sempat
menjadi referensi para praktisi hukum dan pengambil keputusan yang terkait
dengan masalah hukum. Karni menorehkan catatan kritisnya terhadap persoalan
hukum tanah air lewat rubrik Catatan Hukum (sudah dibukukan).
Era televisi pun
datang. Karni meninggalkan media cetak beralih ke media elektronik, SCTV. Ia
dipercaya memimpin Liputan 6 SCTV (1999-2005). Tampaknya, di televisi inilah
Karni menemukan dunia baru yang ternyata luar biasa baginya.
Ia terpacu ketika
berhadapan dengan waktu tenggat berita yang bisa muncul setiap saat. Dunia baru
inilah yang membuatnya memiliki jargon bahwa kekuatan televisi adalah
kecepatan, kecepatan, dan kecepatan. Dalam tempo hanya enam tahun, Karni
berhasil mengantarkan Liputan 6 SCTV menjadi program berita terkemuka di Tanah
Air.
Kemudian Karni hijrah
ke Antv tahun 2005. Berkat tangan dinginnya, banyak tayangan ekslusif lahir
dari liputan dan ketajaman naluri kewartawanannya. Walaupun jabatannya Pemred,
Karni tak segan-segan turun ke lapangan berbaur dengan reporter junior. Karni
pula yang berhasil mengendus sekaligus melaporkan penggrebekan gembong teroris
Dr. Azahari di Malang.
Tahun 2007, Karni
dipercaya membenahi tvOne yang baru saja diambil alih keluarga Bakrie. Pada
stasiun televisi yang semula bernama Lativi ini, Karni menjabat sebagai
Direktur Pemberitaan atau Pemimpin Redaksi news dan sports.
Tak mudah mengubah image
menjadi televisi berita. Namun sekali lagi, Karni Ilyas membuktikan
kepiawaiannya. Hanya dalam tempo setahun, tvOne sudah mampu berdiri, dan
diperhitungkan sebagai televisi berita terkemuka di negeri ini. Bahkan tvOne
telah diakui pula sebagai TV Pemilu nomor wahid. Karni pun berhasil
menggugurkan mitos bahwa sebuah berita tidak identik dengan kening berkerut. Ia
adalah sebuah informasi yang bisa disajikan dengan menarik sehingga enak
ditonton sembari menyeruput secangkir kopi.
II.2.2.
Pesan Politik
Selama
bergelut di dunia jurnalistik, banyak hal yang Karni temui terkait tantangannya
sebagai praktisi media, khususnya ketika ia terjun ke televisi tvOne. Terlebih
lagi saat ini ia memandu acara Indonesia Lawyers Club (ILC) hingga saat ini.
Salah satunya terkait intervensi media.
Di dalam bukunya yang baru saja terbit, Karni
Ilyas, Lahir untuk Berita, oleh Fenty Effendy, Penerbit Buku
Kompas, Oktober 2012, di Bab: “Intervensi dari Mana-mana”, Karni berpendapat seperti ini :
“Saya sudah bekerja di banyak media, dan saya merasa tidak ada satu media pun yang tidak
diintervensi. Intervensi itu bisa macam-macam. Bisa dari pemerintah,
pemilik, temannya pemilik, teman sendiri, bahkan dari lingkungan tempat tinggal
sebagai wartawan....”
Selanjutnya ia pun mengungkapkan demikian :
“Jadi kesimpulan saya,
di mana pun Anda, intervensi itu ada. Sekarang adalah bagaimana seorang
jurnalis melakukan tawar-menawar untuk itu. Jangan mimpilah media itu bisa
streril dari intervensi.”
II.2.3.
Saluran Politik
Media
atau saluran yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan
politiknya adalah media internet yang
diambil dari buku biografi komunikator sendiri. Adapun media yang terlibat
dalam fenomena yang dibahas adalah media televisi.
II.2.4.
Khalayak Politik
Pada dasarnya khalayak yang menjadi
sasaran komunikasi politik adalah khalayak secara umum, baik general publik,
attentive publik, maupun leadership publik.
II.3.
Pembahasan
Karni
Ilyas dalam perannya sebagai jurnalis sebebas apapun ia menyampaikan aspirasi
tetap saja ia masih ada di bawah naungan kekuasaan media. Abu Rizal Bakrie,
sang pemilik media memanfaatkan media untuk menjaga dan meningkatkan citranya
lewat para praktisi media.
Jika dikaji dari komunikasi politik,
sebenarnya Abu Rizal Bakrie menggunakan media sebesar-besarnya untuk
kepentingan politik dirinya, atau dalam istilah komunikasi politik disebut
dengan back campaign. Back campaign termasuk salah satu bentuk
pelanggaran yang seharusnya tidak dilakukan oleh komunikator politik untuk
memasarkan politiknya.
Menurut Rahman Tolleng (pemimpin redaksi
Harian Suara Karya ketika Karni melamar kerja), Karni Ilyas itu konsisten dalam
pilihan hidup, atau panggilan hidupnya sebagai wartawan. Tolleng pun
menganggapbahwa tidak banyak orang yang konsisten layaknya seorang Karni Ilyas.
Sebagai jurnalis yang hidup di zaman
Soeharto hingga rezim Susilo Bambang Yudhoyono, ia merasakan persis bagaimana
kuatnya otoritas intervensi dari pemerintah. Sejak ia bergelut di Harian Suara
Karya, Forum Keadilan, SCTV hingga saat ini menjabat sebagai Direktur/Pemimpin
Redaksi, intervensi itu menjadi hal yang biasa baginya.
Contohnya saja kasus Lapindo yang telah
terjadi beberapa tahun lalu hingga saat ini nyaris tak pernah dibahas dalam
acara “Indonesia Lawyers Club” di tvOne. Ia memilih absen untuk membahasnya.
Karena ia berpikir, kasus tersebut apabila dibahas, berimbang seperti apapun
tetap akan dianggap pemirsa bias. Seadil apapun hakim yang mengadili
kerabatnya, akan tetapi hakim itu dianggap berpihak. Karena itu hakim harus
mundur dalam perkara yang menyangkut kerabatnya.
Karni menganggap intervensi akan selalu
ada kaitannya dalam media. Ia menghadapi fenomena ini layaknya air mengalir,
menjalani saja apa yang terjadi. Kalau masyarakat menginginkan media itu steril
dari intervensi, kiranya itu hanya mimpi belaka. Karena dalam hal ini, selain
pemilik media, pemerintah pun aktif melakukan intervensi terhadap media. Pada
dasarnya, Karni cukup bijak menghadapi hal ini.
Jika menilik pada efektifitas
komunikasi, intervensi yang dilakukan oleh Abu Rizal Bakrie rupanya cukup berhasil.
Terbukti dengan semakin dikenalnya sosok Bakrie di tengah masyarakat dengan
julukan ARB-nya dan citra positif partai Golkar. Tak dapat dipungkiri lagi,
intervensi media sangat membantu menjaga, meningkatkan bahkan memperbaiki citra
seseorang ataupun organisasi.
BAB
III
PENUTUP
III.1.
Kesimpulan
Intervensi
(campur tangan) media dalam realitanya sudah terjadi sejak lama. Apalagi
kaitannya dengan masalah politik, seketika itu pula intervensi menjadi lebih
rumit lagi. Terkait dengan pencitraan yang dibangun oleh beberapa atau
sekelompok kepentingan, rupanya para politisi berlomba-lomba mendapatkan image
yang baik di mata masyarakat.
Seperti yang dipikirkan Karni, jika ada
kasus yang subjeknya menyerempet ke pemilik media apabila dibahas, berimbang
seperti apapun tetap akan dianggap pemirsa bias. Seadil apapun hakim yang
mengadili kerabatnya, akan tetapi hakim itu dianggap berpihak. Karena itu hakim
harus mundur dalam perkara yang menyangkut kerabatnya.
Inilah salah satu bukti bahwa memang
segala sesuatu itu sulit dari kata ideal. Sekalipun ada istilah “idealisme
media massa”, tetap saja tidak akan terbentuk dan terealisasikan jika di
dalamnya masih ada motif kepentingan. Karni menganggap intervensi akan selalu
ada kaitannya dalam media. Ia menghadapi fenomena ini layaknya air mengalir,
menjalani saja apa yang terjadi. Kalau masyarakat menginginkan media itu steril
dari intervensi, kiranya itu hanya mimpi belaka. Karena dalam hal ini, selain
pemilik media, pemerintah pun aktif melakukan intervensi terhadap media. Pada
dasarnya, Karni cukup bijak menghadapi hal ini.
III.2.
Saran
Seperti
yang telah disinggung sebelumnya, intervensi media pada dasarnya adalah krisis
yang sudah tak asing di Indonesia. Mungkin masyarakat masih banyak yang belum
mengetahui dan menyadari hal ini. Namun dampaknya masyarakatlah yang menjadi
sasaran.
Jika menginginkan intervensi itu
dihapuskan, mustahil sepertinya. Mungkin yang bisa dilakukan adalah mengikis
intervensi tersebut, walaupun tidak akan sampai pada titik dimana intervensi
itu bisa benar-benar tidak ada, baik di lingkungan media, pemerintahan maupun
yang lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro, dkk. 2012. Komunikasi
Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Effendy,
Fenty. 2012. Karni Ilyas, Lahir untuk Berita. Jakarta : Kompas Media
Nusantara
Munanjar, Ferdi, dkk. 2013. Makalah
Khalayak Komunikasi Politik. Bandung : UIN Sunan Gunung Djati.
Nimmo, Dan. 2010. Komunikasi Politik:
Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
http://adiprakosa.blogspot.com/2010/04/kompol7.html
(diakses pada tanggal 11-03-2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar